Cute Light Pink Flying Butterfly

Rabu, 22 Februari 2017

MAKALAH: Stres Kerja



MAKALAH
PERILAKU ORGANISASI
(STRES KERJA)

OLEH:

NAMA             : HAZHIYAH RAMADHANI
NIM                  : 14.01.0046/ M
KELAS           : K – 01






SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) BIMA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR


Puja dan puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami semua tidak dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktunya walaupun dalam bentuk maupun isi yang sederhana.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat digunakan sebagai acuan, pedoman maupun petunjuk bagi para pembaca, namun yang paling utama semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca mengenai materi yang kami bahas dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan banyak perbaikan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang membangun sangat penulis butuhkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah-makalah kami yang akan datang.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas jasa-jasanya dan senantiasa meridhai kita semua. Aamiin…





Bima, 11 November 2016


Penyusun
(Hazhiyah Ramadhani)
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1: PENDAHULUAN 4
A.      LATAR BELAKANG 4
B.      RUMUSAN MASALAH 5
C.      TUJUAN 5
BAB 2: PEMBAHASAN 6
A.      DEFINISI STRES 6
B.      FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES 9
C.      GEJALA STRES 12
D.     DAMPAK DARI STRES 14
E.      PENGENDALIAN STRES 16
BAB 3: PENUTUP 21
A.      KESIMPULAN 21
B.      SARAN 21
DAFTAR PUSTAKA 22






BAB 1
            PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial  ekonominya saja  tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat menyebabkan stres dalam bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Di dalam dunia pekerjaan stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya kualitas kerja yang di miliki seseorang dalam melakukan pekerjaan nya. Lingkungan kerja yang tidak kondusif juga dapat mendorong terjadinya Stressor kerja, Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan  yang di persepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan yang dapat menimbulkan stress dalam kerja.
Lingkungan organisasi sebagai penyebab Stressor juga sudah di kemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah Morgan dan King. Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010: 203) stress adalah keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.  Stress kerja berdampak buruk bagi lingkungan perusahaan karena dapat mengganggu produktivitas kerja perusahaan dan merugikan diri karyawan itu sendiri.



B.      RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini, antara lain:
1.      Apa itu stres kerja ?
2.      Apa faktor-faktor penyebab stres ?
3.      Apa gejala yang terjadi ketika stres ?
4.      Apa dampak yang dapat di timbulkan oleh stres ?
5.      Bagaimana cara pengendalikan stres ?
C.       TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang ada, antara lain:
1.      Mengetahui definisi dari stres.
2.      Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres.
3.      Mengetahui gejala yang terjadi ketika stres.
4.      Mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan dari stres.
5.      Mengatahui cara pengendalikan stres.




BAB 2
            PEMBAHASAN

A.      DEFINISI STRES

Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Menurut Charles D, Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010: 203) stres adalah keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
Selain itu, menurut Heger (1994) stress sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak apabila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dan suatu stressor (sumber stress) tidak selalu mengakibatkan gangguan scara psikologis  maupun fisiologis.
Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan Stres Kerja adalah Job stress refers to a physical or psychological deviation from the normal human state that is caused by stimuli in the work environment. yang kurang lebih memiliki arti suatu tekanan akibat bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang, di mana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan tempat individu tersebut berada. Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu. Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Jika seseorang / karyawan mengalami stres yang terlalu besar maka akan dapat menganggu kemampuan seseorang / karyawan tersebut untuk menghadapi lingkungannya dan pekerjaan yang akan dilakukannya(Handoko 1997:200)
Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Gibson dkk (1996:339), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Adapun jenis – jenis stress menurut Quick dan Quick (1984) ada 2 jenis, yaitu :
1.             Eustres
Merupakan hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibelitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Contohnya adalah dalam pekerjaan kita di tuntut untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan dealine yang sudah ditetapkan, apabila kita bisa menyelesaikan tugas tesebut sesuai dengan deadline yang ditetapkan maka pemimpin perusahaan akan memberikan bonus kepada kita.
2.             Disstres
Hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negative, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi, seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian. Contohnya adalah perusahaan menuntut kita untuk meningkatkan produksi barang, tetapi tidak memiliki alat yang memadai untuk meningkatkan produksi barang tersebut, sehingga para karyawan harus bekerja lebih lama agar bisa memenuhi permintaan perusahaan tersebut.
Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali tidak menyadari, menurut Robert (dalam Hawari; 1999:50) tahapan stres dikemukakan sebagai berikut: 
1.      Stres tingkat pertama. Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat besar, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya Tahapan ini biasanya menyenangkan sehingga orang bertambah semangat tanpa disadari sebenarnya cadangan energinya sedang menipis. 
2.      Stres tingkat kedua. Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan sudah mulai hilang, keluhan yang sering muncul adalah: merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah setelah makan siang, merasa lelah menjelang sore hari, terkadang muncul gangguan sistem pencernaan, perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk, perasaan tidak bisa santai.
3.      Stres tingkat ketiga. Tahapan ini keluhan keletihan mulai tampak disertai dengan gejala-gejala: gangguan usus lebih terasa, otot lebih tegang, gangguan tidur, perasaan tegang semakin meningkat, badan terasa goyang dan mau pingsan.
4.      Stres tingkat empat. Tahapan ini menunjuk pada keadaan yang lebih buruk dengan ciri: sulit untuk bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi, situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan-kegiatan lainya terasa berat, tidur semakin susah, perasaan negativistik, kemampuan berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan.
5.      Stres tingkat kelima. Tahap ini lebih mendalam dari pada tahap keempat, yaitu: keletihan yang mendalam, pekerjaan sederhana saja kurang mampu dikerjakan, gangguan sistem pencernaan, perasaan yang mirip panik 6. Stres tingkat keenam Tahap ini merupakan keadaan gawat darurat tidak jarang penderita dibawa ke ICCU, gejala tahap ini cukup mengerikan antara lain: debaran jantung yang amat kuat, sesak nafas, badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran, dan pingsan. Menurut Selye (dalam Hidayat; 1998:231) stres kerja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1)      Tahap Alarm Stage, awal pengerahan dimana tubuh bertemu tantangan yang ditimbulkan penekanan. Jika penekanan sudah dikenali, otak segera mengirim suatu pesan biokimia keseluruh sistem dalam tubuh. Dengan tanda terjadinya dalam waktu yang sangat singkat, mempunyai ketegangan yang tinggi, denyut jantung meningkat, tekanan darah naik
2)      Tahap Resistance (perlawanan), bila stres terus berlangsung maka gejala yang semula ada akan menghilang karena terjadi penyesuaian dengan lingkungan dan peningkatan daya tahan terhadap stres.
3)      Tahap Kolaps/Exhaustion (kehabisan tenaga), tubuh tidak mampu mengatasi stres yang dialami, energi menurun dan terjadi kelelahan, akhirnya muncul gangguan bahkan sampai kematian. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tahapan stres kerja menunjukkan manifestasi di bidang fisik dan psikis, di bidang fisik berupa kelelahan sedangkan di bidang psikis berupa kecemasan dan depresi, hal ini dikarenakan penyediaan energi fisik maupun mental yang mengalami defisit terus-menerus semakin habis, sehingga daya tahan terhadap stres sangat lemah. 





B.      FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres disebut stresor. Stresor dibedakan atas 3 golongan yaitu :
1.      Stresor fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain.
2.      Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian,    jatuh cinta dan lain-lain.
3.      Stresor sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain.
Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:
1.        Faktor Lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan, yaitu
1)      Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.
2)      Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat para karyawan terlambat masuk kerja.
3)      Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.
4)      Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.
2.        Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung di dalamnya, yaitu:
1)      Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
2)      Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus dikerjakan.
3)      Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
4)      Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber stres.
3.        Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.
1)      Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.
2)      Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.
3)      Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.
Reaksi terhadap stres kerja bervariasi antara orang yang satu dengan yang lain, perbedaan ini sering disebabkan oleh faktor psikologis dan sosial yang tampaknya dapat merubah dampak stres bagi individu. Menurut Smet (1994:131) faktor yang mempengaruhi pengalaman stres kerja menjadi lima (5), yaitu: 
1.      Variabel dalam kondisi individu: umur, tahap perkembangan, jenis kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi, dan kondisi fisik.
2.      Karakteristik kepribadian: introvert-ektrovert, stabilitas emosi secara umum, tipe kepribadian A, locus of control, kekebalan dan ketahanan. 
3.      Sosial-kognitif: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial. 
4.      Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima 
5.       Strategi koping, mempunyai dua fungsi menurut Lazarus & Folkam (dalam Smet; 1994:145), yaitu: 
1)      Emotion-Focused Coping (fokus pada emosi) di gunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres, dengan cara penghindaran, pengambilan jarak, perhatian yang bersifat selektif, dan pengambilan makna dari kejadian-kejadian yang negatif. 
2)      Problem-Focused Coping (fokus pada pemecahan masalah). Individu akan mengatasinya dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan yang baru, individu akan cenderung melakukan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi. 
Menurut Sarafino (1990:94) faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja terdiri dari: 
1.        Lingkungan fisik yang terlalu menekan (kebisingan, temperature, udara yang lembab, penerangan dikantor yang kurang terang. 
2.        Kurang control. 
3.        Kurangnya hubungan interpersonal.
4.        Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. 
Menurut Sunaryo (2004:216) faktor-faktor yang mempengaruhi stres adalah:
1.        Faktor biologis, herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik 
2.        Faktor psiko-edukatif/sosio-cultural, perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi yang mempengaruhi.
Ada 4 Penyebab Stres Kerja Menurut Gibson dkk (1996:343-350) yaitu:
1.        Lingkungan fisik
Penyebab stres kerja dari lingkungan fisik berupa cahaya, suara, suhu, dan udara terpolusi.
2.        Individual
Tekanan individual sebagai penyebab stres kerja terdiri dari:
Ø   Konflik peran: Stressor atau penyebab stres yang meningkat ketika seseorang menerima pesan- pesan yang tidak cocok berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai. Misalnya adanya tekanan untuk bergaul dengan baik bersama orang- orang yang tidak cocok.
Ø   Peran ganda: Untuk dapat bekerja dengan baik, para pekerja memerlukan informasi tertentu mengenai apakah mereka diharapkan berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Peran ganda adalah tidak adanya pengertian dari seseorang tentang hak, hak khusus dan kewajiban-kewajiban dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
Ø   Beban kerja berlebih: Ada dua tipe beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif. Memiliki terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika individu merasa tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi.
Ø   Tidak adanya kontrol: Suatu stresor besar yang dialami banyak pekerja adalah tidak adanya pengendalian atas suatu situasi. Sehingga langkah kerja, urutan kerja, pengambilan keputusan, waktu yang tepat, penetapan standar kualitas dan kendali jadwal merupakan hal yang penting.
Ø   Tanggung jawab: Setiap macam tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa orang, namun tipe yang berbeda menunjukkan fungsi yang berbeda sebagai stresor.
Ø   Kondisi kerja
3.        Kelompok
Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang kuat bagi beberapa individu.Ketidakpercayaan dari mitra pekerja secara positif berkaitan dengan peran ganda yang tinggi, yang membawa pada kesenjangan komunikasi diantara orang- orang dan kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.
4.        Organisasional
Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek dan tidak adanya kebijakan khusus.

C.       GEJALA STRES

Secara umum seseorang yang mengalami stres pada pekerjaannya akan menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu :
1.      Physiological memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada metabolisme tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan nafas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.
2.      Psychological memiliki indikator yaitu : terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.
3.      Behavior (perilaku) memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada produktivitas, ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan susah tidur, meningkatnya agresivitas dan kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
Adapun gejala stres ditempat kerja yang sering terjadi, yaitu:
1.      Kepuasan kerja rendah
2.      Kinerja yang menurun
3.      Semangat dan energi menjadi hilang
4.      Komunikasi tidak lancar
5.      Pengambilan keputusan jelek
6.      Kreatifitas dan inovasi kurang
7.      Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif
Cary Cooper dan Alison Straw (1995:8-15) mengemukakan gejala stres
dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1.      Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan
lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2.      Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, saiah paham,
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
3.      Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang
berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.
Menurut Braham (dalam Handoyo; 2001:68), gejala stres dapat berupa
tanda-tanda berikut ini:
1.      Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur lidak teratur, sakit kepala, sulit buang air
besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
2.      Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif,
gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
3.      Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
4.      Interpersonal, yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada
orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.

D.      DAMPAK DARI STRES

Hasil Penelitian Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stress akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah.
Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stress dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stress sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem auto-immune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif.
Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stress dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stress yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stress yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh.
Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya.




Adapun dampak Negatif dan dampak Positif dari stres adalah:
1.        Dampak negatif  dari stres
Perlu diketahui, bawah biasanya Stress bisa menimbulkan dampak yang menonjol, jika Stress tersebut bersifat lama. Jika seseorang itu menyimpan stress tersebut dengan jangka waktu lama dan berkesinambungan di dalam tubuh dan jiwanya. Saya mencoba mengambil 3 bagian dari diri kita sebagai tempat berlabuhnya stress ini.
1.      Menurunnya sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang itu, sehingga tidak jarang menimbulkan sakit perut, maag, mual, pening, meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, penyakit kulit seperti gatal dan alergi,dll.
2.      Jika sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang sudah menurun, maka ini akan mempengaruhi kesehatan jiwa. Orang yang larut akan kesedihan, ketakutan, jengkel, emosi, frustrasi, dsb, maka lama lama ini akan menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap pikiran kita. Hal buruk ini akan menimbulkan keadaan buruk lagi seperti; pelupa, tidak mampu untuk mengambil keputusan, kurang kreatif, sering bingung, cepat capek, ngantuk dan lemas, dan masih banyak lagi.
3.      Hati hati, jika hal kedua di atas sudah terjadi dengan jangka lama, maka kepribadian seseorang bisa jadi berubah. Mereka akan memulai suatu kebiasaan yang merupakan suatu bentuk pelarian dari semua ketakutan dan kegelisahan tersebut. Mereka melakukan ini sebagai tindakan pelarian dan kompensasi untuk melindungi diri sendiri. Misalnya seseorang yang tidak peminum dan perokok, bisa berubah dengan seketika menjadi kelihatan seperti pecandu, minum minuman beralkohol dengan ukuran banyak, sering melakukan kesalahan, aggresiv, hingga kehilangan jati diri yang sebenarnya.
2.        Sebagai dampak Positif dari stres
Kita akan semakin kuat dalam menjalani hidup yang penuh dengan tantangan, mata kita akan semakin jeli untuk melihat tantangan yang akan datang, dan sudah mempunya suatu pengalaman bagaimana untuk mengatasi hal tersebut. Karena itulah tidak jarang kita mendengar bahwa Buku, guru dan pelajaran yang terbaik adalah PENGALAMAN itu sendiri.





E.       PENGENDALIAN STRES

Manajemen stres dan teknik pengurangan stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampak yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres ditempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukan cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh.
Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penanggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya ditempat kerja. Stres dapat  timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman  atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat. (margiati, 1999:76)
Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atu ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berfikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stres ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengola stres, ada 2 pendekatan yaitu: pendekatan individu dan pendekatan organisasi
1.      Pendekatan individual
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengolahan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengolahan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
2.      Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
            Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk pengurangan stres yang terjadi. Ada 4 pendekatan yang sering digunakan adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan retrukturisasi kognitif yang semuanya membantu para karyawan mengatasi stres yang berkaitan dengan pekerjaan. 
1.      Relaksasi otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif  kontinjensi adalah yang paling sering digunakan. Teknik ini terdiri atas menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai dengan berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang dirileksasikan.
2.      Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak di deteksi, diperkuat dan ditunjukan kepada orang tersebut. Peran potensial dari biofeedback sebagai teknik manajemen stres individu dapat dilihat dari fungsi tubuh hingga tekanan tertentu yang dikendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi biofeedback adalah kemampuannya untuk membantu relaksasi dan mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan non-stres.
Salah satu keunggulan teknik biofeedback dibandingkan dengan non biofeedback adalah bahwa teknik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum mengurangi manifestasi fisiologis negatif dari stres.
3.      Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan fisiologis dan psikologis dari respon stres berperang atau lari.
Herbert Benson menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi 4 langkah.
Keempat langkah tersebut adalah :
Ø  Menemukan suatu lingkaran
Ø  Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran dari fikiran yang berorientasi secara eksternal.
Ø  Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu sikap yang pasif.
Ø  Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman.
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stres.
4.      Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen stres dikenal sebagai retrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran. Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan asumsi merupakan label yang mereka terapkan pada situasi. Teknik kognitif dari manajemen stres berfokus paa mengubah label atau kognisi sehingga orang tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh lebih banyak kendali atas reaksi meraka terhadap stresor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.
Selain teknik pengurangan stres diatas ada beberapa kiat lagi yang dapat digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang dikemukakan oleh Alex :

1.      Sediakan waktu rileks
Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak pagi, sebelum anda berangkat kerja daripada memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak ada solusinya) , lebih baik digunakan waktu anda yang terbatas tersebut untuk melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru. Lakukan minimal 3x sampai beban anda merasa berkurang.
2.      Bersikap lebih asertif
Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan atasan tentang tugas anda dan tanggung jawab tambahan yang ingin anda pegang. Dengan demikian, anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa anda lakukan dengan cara seperti yang diinginkan perusahaan.
3.      Bekerja lebih efisien
Selalu kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas disebabkan tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Alex memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan merasa tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya, sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat outline dan mencari bahan, malam hari menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja secara efisien, anda juga harus trampilmenentukan prioritas. Adanya urutan prioritas dapat membantu anda mengatur strategi.
4.      Tingkatkan energi dengan tidur
“Ketika lelah, anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang  sepele,” demikian tulis Camile Anthony dalam “the art of napping at work” (1999). Kesalahan juga akan membuat perhatian anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan.           Dalam keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa memanfaatkan mushola kantor ( diluar waktu sholat) atau mobil anda untuk tidur, Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja kerja anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting  tingkatkan energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau kurang, Menurut Anthony akan meningkatkan mood dan rasa humor sehingga memperbaiki hubungan anda dengan rekan kerja. Anthony menganjurkan agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai tertidur nyenyak, yang akan membuat anda lebih lelah ketika bangun.
5.      Atur lingkungan kerja
Dalam feng shui, seni tata ruang dari tiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan kerja, terutama meja dari tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas anda dalam map dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga bisa mencegah stres dengan mengubah letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang akan masuk ke ruangan anda. Jika memungkinkan pindahkan meja sehingga anda dapat bekerja dengan cahaya alami dari luar.
6.      Kembangkan pola hidup sehat
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan dan minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur. Olahraga yang cukup tidak saja menyehatkan badan, tetapi juga memperbesar kapasitas badan dan memperbesar kapasitas paru-paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh anda, sehingga akan berpikir lebih jernih.
7.      Tingkatkan keterampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari keterampilan baru. Jika anda merasa kurang mampu berkomunikasi, anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku atau latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika anda mempunyai minat terhadap komputer, kembangkan minat anda. Peningkatan ketrampilan akan membuat anda menjadi karyawan yang lebih berharga
8.      Lupakan pekerjaan saat libur
Berlibur atau santai bukan berarti membuang waktu. Selain memberikan energi tambahan yang akan membuat anda lebih kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan anda dengan keluarga.
9.      Pekerjaan bukan segalanya
Diluar pekerjaan, masih banyak   kegiatan lain yang dapat menimbulkan perasaan berguna bagi anda. Dengan mengikuti kegiatan di luar pekerjaan, stres anda di tempat pekerjaan akan berkurang. Anda dapat meyakinkan diri bahwa walaupun anda tidak bisa memperbaiki keadaaan di tempat kerja, anda bisa mengendalikan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan anda. Perasaan mampu mengendalikan kehidupan anda sendiri adalah harta tak ternilai.
BAB 3
            PENUTUP


A.    KESIMPULAN

Stress kerja merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi dalam kerja dimana stress tersebut dapat bersumber dari empat hal yaitu tingkat individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut dapat menghasilkan stress yang berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat ditentukan bagaimana stress yang dialami seseorang tersebut.
Stres yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negatif dimana stress itu akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress. Stres yang dialami pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode sehingga diperlukannya suatu manajemen stress dalam pekerjaan suatu perusahaan. Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat mengurangi stress yang mereka alami.
Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.

B.    SARAN

Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik pengurangan stress yang dapat digunakan serta menajemen stress tersebut dengan baik. Karena hal tersebut mampu mencegah stress dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain baik bagi karyawan/pekerja juga baik bagi perusahaan (lembaga).




DAFTAR PUSTAKA


http://ilmukitaaddres.blogspot.co.id/2015/06/makalah-stres-kerja.html
http://putrakolut.blogspot.co.id/2013/02/makalah-stres-kerja.html