MAKALAH
PERILAKU ORGANISASI
(STRES KERJA)
OLEH:
NAMA : HAZHIYAH
RAMADHANI
NIM : 14.01.0046/ M
KELAS : K – 01
SEKOLAH
TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) BIMA
TAHUN
AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puja
dan puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa rahmat,
taufik dan hidayah-Nya kami semua tidak dapat menyelesaikan pembuatan makalah
ini tepat pada waktunya walaupun dalam bentuk maupun isi yang sederhana.
Harapan
penulis semoga makalah ini dapat digunakan sebagai acuan, pedoman maupun
petunjuk bagi para pembaca, namun yang paling utama semoga makalah ini dapat
menambah wawasan para pembaca mengenai materi yang kami bahas dalam makalah
ini.
Penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
membutuhkan banyak perbaikan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca
yang membangun sangat penulis butuhkan untuk menyempurnakan pembuatan
makalah-makalah kami yang akan datang.
Akhir kata, saya
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang
Maha Kuasa membalas jasa-jasanya dan senantiasa meridhai kita semua. Aamiin…
Bima, 11 November 2016
Penyusun
(Hazhiyah Ramadhani)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1: PENDAHULUAN
4
A. LATAR
BELAKANG
4
B. RUMUSAN
MASALAH
5
C. TUJUAN
5
BAB 2: PEMBAHASAN
6
A. DEFINISI
STRES
6
B. FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB STRES
9
C. GEJALA
STRES
12
D. DAMPAK DARI
STRES
14
E. PENGENDALIAN
STRES
16
BAB 3: PENUTUP
21
A. KESIMPULAN
21
B. SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai
orang yang mengalami stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan
sosial ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang
terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat menyebabkan stres
dalam bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya
stres tersebut dalam kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal
mengenai gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat
dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja.
Apabila seseorang yang mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan
mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Di
dalam dunia pekerjaan stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
menurunnya kualitas kerja yang di miliki seseorang dalam melakukan pekerjaan
nya. Lingkungan kerja yang tidak kondusif juga dapat mendorong terjadinya
Stressor kerja, Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang di
persepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan yang dapat menimbulkan stress dalam
kerja.
Lingkungan organisasi sebagai penyebab Stressor juga
sudah di kemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah Morgan dan King.
Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010: 203) stress adalah keadaan yang
bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau
lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
Stress kerja berdampak buruk bagi lingkungan perusahaan karena dapat
mengganggu produktivitas kerja perusahaan dan merugikan diri karyawan itu
sendiri.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka
yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini, antara lain:
1.
Apa itu stres kerja ?
2.
Apa faktor-faktor penyebab stres ?
3.
Apa gejala yang terjadi ketika stres ?
4.
Apa dampak yang dapat di timbulkan oleh
stres ?
5.
Bagaimana cara pengendalikan stres ?
C.
TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan
masalah yang ada, antara lain:
1.
Mengetahui definisi dari stres.
2.
Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan
stres.
3.
Mengetahui gejala yang terjadi ketika
stres.
4.
Mengetahui dampak-dampak yang
ditimbulkan dari stres.
5.
Mengatahui cara pengendalikan stres.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
STRES
Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa
disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial,
yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Menurut
Charles D, Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan
eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau
suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa
diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan
yang berasal dari luar diri seseorang.
Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010: 203) stres adalah keadaan yang
bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau
lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
Selain itu, menurut Heger (1994) stress sangat
bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak apabila tidak ada
keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya.
Namun, berhadapan dan suatu stressor (sumber stress) tidak selalu mengakibatkan
gangguan scara psikologis maupun fisiologis.
Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu
perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi
pekerjaannya. Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan Stres Kerja
adalah Job stress refers to a physical or psychological deviation from the
normal human state that is caused by stimuli in the work environment. yang
kurang lebih memiliki arti suatu tekanan akibat bekerja juga akan mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang, di mana tekanan itu berasal
dari lingkungan pekerjaan tempat individu tersebut berada. Beehr dan Franz
(dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu
proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena
pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu. Stres merupakan suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi
seseorang. Jika seseorang / karyawan mengalami stres yang terlalu besar maka
akan dapat menganggu kemampuan seseorang / karyawan tersebut untuk menghadapi
lingkungannya dan pekerjaan yang akan dilakukannya(Handoko 1997:200)
Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah
suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu
perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam.
Gibson dkk (1996:339), menyatakan bahwa stres kerja
adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan
individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari
setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan
permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Adapun jenis – jenis stress menurut Quick dan Quick
(1984) ada 2 jenis, yaitu :
1.
Eustres
Merupakan hasil
dari respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan konstruktif
(bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga
organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibelitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Contohnya adalah dalam pekerjaan
kita di tuntut untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan dealine yang sudah
ditetapkan, apabila kita bisa menyelesaikan tugas tesebut sesuai dengan
deadline yang ditetapkan maka pemimpin perusahaan akan memberikan bonus kepada
kita.
2.
Disstres
Hasil dari
respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negative, dan destruktif
(bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
organisasi, seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism)
yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian.
Contohnya adalah perusahaan menuntut kita untuk meningkatkan produksi barang,
tetapi tidak memiliki alat yang memadai untuk meningkatkan produksi barang
tersebut, sehingga para karyawan harus bekerja lebih lama agar bisa memenuhi
permintaan perusahaan tersebut.
Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak
jelas kapan mulainya dan sering kali tidak menyadari, menurut Robert (dalam
Hawari; 1999:50) tahapan stres dikemukakan sebagai berikut:
1. Stres tingkat
pertama. Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat besar, penglihatan
tajam tidak sebagaimana biasanya, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya Tahapan ini biasanya menyenangkan sehingga orang bertambah semangat
tanpa disadari sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.
2. Stres tingkat
kedua. Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan sudah mulai hilang,
keluhan yang sering muncul adalah: merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa
lelah setelah makan siang, merasa lelah menjelang sore hari, terkadang muncul
gangguan sistem pencernaan, perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk,
perasaan tidak bisa santai.
3. Stres tingkat
ketiga. Tahapan ini keluhan keletihan mulai tampak disertai dengan
gejala-gejala: gangguan usus lebih terasa, otot lebih tegang, gangguan tidur,
perasaan tegang semakin meningkat, badan terasa goyang dan mau pingsan.
4. Stres tingkat
empat. Tahapan ini menunjuk pada keadaan yang lebih buruk dengan ciri: sulit
untuk bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula menyenangkan kini
terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi, situasi, pergaulan sosial,
dan kegiatan-kegiatan lainya terasa berat, tidur semakin susah, perasaan
negativistik, kemampuan berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak
dapat dijelaskan.
5. Stres tingkat
kelima. Tahap ini lebih mendalam dari pada tahap keempat, yaitu: keletihan yang
mendalam, pekerjaan sederhana saja kurang mampu dikerjakan, gangguan sistem
pencernaan, perasaan yang mirip panik 6. Stres tingkat keenam Tahap ini
merupakan keadaan gawat darurat tidak jarang penderita dibawa ke ICCU, gejala
tahap ini cukup mengerikan antara lain: debaran jantung yang amat kuat, sesak
nafas, badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran, dan pingsan. Menurut
Selye (dalam Hidayat; 1998:231) stres kerja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1) Tahap Alarm
Stage, awal pengerahan dimana tubuh bertemu tantangan yang ditimbulkan
penekanan. Jika penekanan sudah dikenali, otak segera mengirim suatu pesan
biokimia keseluruh sistem dalam tubuh. Dengan tanda terjadinya dalam waktu yang
sangat singkat, mempunyai ketegangan yang tinggi, denyut jantung meningkat,
tekanan darah naik
2) Tahap Resistance
(perlawanan), bila stres terus berlangsung maka gejala yang semula ada akan
menghilang karena terjadi penyesuaian dengan lingkungan dan peningkatan daya
tahan terhadap stres.
3) Tahap Kolaps/Exhaustion
(kehabisan tenaga), tubuh tidak mampu mengatasi stres yang dialami, energi
menurun dan terjadi kelelahan, akhirnya muncul gangguan bahkan sampai kematian.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tahapan stres kerja
menunjukkan manifestasi di bidang fisik dan psikis, di bidang fisik berupa
kelelahan sedangkan di bidang psikis berupa kecemasan dan depresi, hal ini
dikarenakan penyediaan energi fisik maupun mental yang mengalami defisit
terus-menerus semakin habis, sehingga daya tahan terhadap stres sangat
lemah.
B.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres disebut
stresor. Stresor dibedakan atas 3 golongan yaitu :
1.
Stresor fisikbiologik : dingin,
panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain.
2.
Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan,
kesepian, jatuh cinta dan lain-lain.
3.
Stresor sosial budaya : menganggur,
perceraian, perselisihan dan lain-lain.
Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor
yaitu:
1.
Faktor Lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mendukung
faktor lingkungan, yaitu
1)
Perubahan
situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila perekonomian itu
menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.
2)
Ketidakpastian
politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi di Indonesia,
banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang tidak puas dengan keadaan
mereka. Kejadian semacam ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti
penutupan jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat
para karyawan terlambat masuk kerja.
3)
Kemajuan
teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel pun menambah
peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan harus
mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.
4)
Terorisme
adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin meningkat dalam
abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para teroris,
menyebabkan orang-orang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.
2.
Faktor
Organisasi
Banyak
sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk
menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas,
beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja
yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis
mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung
di dalamnya, yaitu:
1)
Tuntutan
tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau tekanan untuk
menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
2)
Tuntutan
peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai fungsi
dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.Konflik peran
menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan.
Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada
yang dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran
tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus
dikerjakan.
3)
Tuntutan
antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.Kurangnya
dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan
stres yang cukup besar, khususnya di antara para karyawan yang memiliki
kebutuhan sosial yang tinggi.
4)
Struktur Organisasi
menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan dan peraturan
dan dimana keputusan itu diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan
merupakan potensi sumber stres.
3.
Faktor
Individu
Faktor ini
mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor persoalan keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.
1)
Faktor
persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang
menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat
berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin
anak-anak merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi
karyawan dan terbawa ke tempat kerja.
2)
Masalah Ekonomi. Diciptakan
oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya keuangan mereka merupakan
satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan
mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.
3)
Karakteristik kepribadian
bawaan. Faktor individu yang penting mempengaruhi stres adalah kodrat
kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan pada
pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.
Reaksi terhadap stres kerja bervariasi antara orang
yang satu dengan yang lain, perbedaan ini sering disebabkan oleh faktor
psikologis dan sosial yang tampaknya dapat merubah dampak stres bagi individu.
Menurut Smet (1994:131) faktor yang mempengaruhi pengalaman stres kerja menjadi
lima (5), yaitu:
1. Variabel dalam kondisi individu: umur, tahap perkembangan,
jenis kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku,
kebudayaan, status ekonomi, dan kondisi fisik.
2. Karakteristik kepribadian: introvert-ektrovert, stabilitas
emosi secara umum, tipe kepribadian A, locus of control, kekebalan dan
ketahanan.
3. Sosial-kognitif: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial.
4. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang
diterima
5.
Strategi koping, mempunyai dua fungsi menurut
Lazarus & Folkam (dalam Smet; 1994:145), yaitu:
1) Emotion-Focused Coping (fokus pada emosi) di gunakan untuk mengatur respon
emosional terhadap stres, dengan cara penghindaran, pengambilan jarak,
perhatian yang bersifat selektif, dan pengambilan makna dari kejadian-kejadian
yang negatif.
2) Problem-Focused Coping (fokus pada pemecahan masalah). Individu akan mengatasinya
dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan yang baru, individu akan
cenderung melakukan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah
situasi.
Menurut Sarafino (1990:94) faktor-faktor yang
mempengaruhi stres kerja terdiri dari:
1.
Lingkungan fisik yang
terlalu menekan (kebisingan, temperature, udara yang lembab, penerangan
dikantor yang kurang terang.
2.
Kurang control.
3.
Kurangnya hubungan
interpersonal.
4.
Kurangnya pengakuan terhadap
kemajuan kerja.
Menurut Sunaryo (2004:216) faktor-faktor yang
mempengaruhi stres adalah:
1.
Faktor biologis, herediter,
konstitusi tubuh, kondisi fisik
2.
Faktor
psiko-edukatif/sosio-cultural, perkembangan kepribadian, pengalaman, dan
kondisi yang mempengaruhi.
Ada 4 Penyebab Stres Kerja Menurut Gibson dkk (1996:343-350) yaitu:
1.
Lingkungan fisik
Penyebab stres kerja dari lingkungan fisik
berupa cahaya, suara, suhu, dan udara terpolusi.
2.
Individual
Tekanan
individual sebagai penyebab stres kerja terdiri dari:
Ø
Konflik peran: Stressor atau penyebab stres yang
meningkat ketika seseorang menerima pesan- pesan yang tidak cocok berkenaan
dengan perilaku peran yang sesuai. Misalnya adanya tekanan untuk bergaul dengan
baik bersama orang- orang yang tidak cocok.
Ø
Peran ganda: Untuk dapat bekerja dengan baik, para
pekerja memerlukan informasi tertentu mengenai apakah mereka diharapkan berbuat
atau tidak berbuat sesuatu. Peran ganda adalah tidak adanya pengertian dari
seseorang tentang hak, hak khusus dan kewajiban-kewajiban dalam mengerjakan
suatu pekerjaan.
Ø
Beban kerja berlebih: Ada dua tipe beban berlebih yaitu
kuantitatif dan kualitatif. Memiliki terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan
atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan beban
berlebih yang bersifat kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika
individu merasa tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka atau standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi.
Ø
Tidak adanya kontrol: Suatu stresor besar yang dialami
banyak pekerja adalah tidak adanya pengendalian atas suatu situasi. Sehingga
langkah kerja, urutan kerja, pengambilan keputusan, waktu yang tepat, penetapan
standar kualitas dan kendali jadwal merupakan hal yang penting.
Ø
Tanggung jawab: Setiap macam tanggung jawab bisa
menjadi beban bagi beberapa orang, namun tipe yang berbeda menunjukkan fungsi
yang berbeda sebagai stresor.
Ø
Kondisi kerja
3.
Kelompok
Keefektifan
setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara kelompok.
Karakteristik kelompok menjadi stresor yang kuat bagi beberapa
individu.Ketidakpercayaan dari mitra pekerja secara positif berkaitan dengan
peran ganda yang tinggi, yang membawa pada kesenjangan komunikasi diantara
orang- orang dan kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya
hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.
4.
Organisasional
Adanya desain
struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek dan tidak adanya kebijakan
khusus.
C.
GEJALA
STRES
Secara umum seseorang yang mengalami stres pada pekerjaannya akan
menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu :
1.
Physiological memiliki
indikator yaitu : terdapat perubahan pada metabolisme tubuh, meningkatnya
kecepatan detak jantung dan nafas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit
kepala dan menyebabkan serangan jantung.
2.
Psychological memiliki
indikator yaitu : terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang, gelisah,
cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.
3.
Behavior (perilaku)
memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya
konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan
susah tidur, meningkatnya agresivitas dan kriminalitas, menurunnya kualitas
hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, kecenderungan untuk melakukan
bunuh diri.
Adapun gejala stres ditempat kerja yang sering terjadi, yaitu:
1.
Kepuasan kerja rendah
2.
Kinerja yang menurun
3.
Semangat dan energi menjadi hilang
4.
Komunikasi tidak lancar
5.
Pengambilan keputusan jelek
6.
Kreatifitas dan inovasi kurang
7.
Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif
Cary Cooper dan Alison Straw (1995:8-15) mengemukakan
gejala stres
dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu
nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan
lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu
perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, saiah paham,
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
3. Watak dan
kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang
berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.
berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.
Menurut Braham (dalam Handoyo; 2001:68), gejala stres
dapat berupa
tanda-tanda berikut ini:
tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu
sulit tidur atau tidur lidak teratur, sakit kepala, sulit buang air
besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
2. Emosional,
yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif,
gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
3. Intelektual,
yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
4. Interpersonal,
yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada
orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
D.
DAMPAK
DARI STRES
Hasil
Penelitian Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh
seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini
juga menyimpulkan bahwa stress akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap
serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering
dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena
tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel
antibodi banyak yang kalah.
Dua orang
peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara
stress dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stress
sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit,
terkena alergi serta menurunkan sistem auto-immune-nya.
Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan
meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif.
Peneliti yang
lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stress dihubungkan
dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress terhadap daya tahan tubuh
ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stress yang dialami
seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stress yang dialami seseorang
itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response
dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh.
Banyak sudah
penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress dengan
penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan
beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang
untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi
juga psikisnya.
Adapun dampak
Negatif dan dampak Positif dari stres adalah:
1.
Dampak negatif
dari stres
Perlu diketahui, bawah biasanya Stress bisa
menimbulkan dampak yang menonjol, jika Stress tersebut bersifat lama. Jika
seseorang itu menyimpan stress tersebut dengan jangka waktu lama dan
berkesinambungan di dalam tubuh dan jiwanya. Saya mencoba mengambil 3 bagian
dari diri kita sebagai tempat berlabuhnya stress ini.
1. Menurunnya
sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang itu, sehingga tidak jarang
menimbulkan sakit perut, maag, mual, pening, meningkatnya detak jantung dan
tekanan darah, penyakit kulit seperti gatal dan alergi,dll.
2. Jika sistem
kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang sudah menurun, maka ini akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Orang yang larut akan kesedihan, ketakutan,
jengkel, emosi, frustrasi, dsb, maka lama lama ini akan menimbulkan dampak yang
tidak baik terhadap pikiran kita. Hal buruk ini akan menimbulkan keadaan buruk
lagi seperti; pelupa, tidak mampu untuk mengambil keputusan, kurang kreatif,
sering bingung, cepat capek, ngantuk dan lemas, dan masih banyak lagi.
3. Hati hati, jika
hal kedua di atas sudah terjadi dengan jangka lama, maka kepribadian seseorang
bisa jadi berubah. Mereka akan memulai suatu kebiasaan yang merupakan suatu
bentuk pelarian dari semua ketakutan dan kegelisahan tersebut. Mereka melakukan
ini sebagai tindakan pelarian dan kompensasi untuk melindungi diri sendiri.
Misalnya seseorang yang tidak peminum dan perokok, bisa berubah dengan seketika
menjadi kelihatan seperti pecandu, minum minuman beralkohol dengan ukuran
banyak, sering melakukan kesalahan, aggresiv, hingga kehilangan jati diri yang
sebenarnya.
2.
Sebagai dampak Positif dari stres
Kita akan semakin kuat dalam menjalani hidup yang
penuh dengan tantangan, mata kita akan semakin jeli untuk melihat tantangan
yang akan datang, dan sudah mempunya suatu pengalaman bagaimana untuk mengatasi
hal tersebut. Karena itulah tidak jarang kita mendengar bahwa Buku, guru dan
pelajaran yang terbaik adalah PENGALAMAN itu sendiri.
E.
PENGENDALIAN
STRES
Manajemen stres dan teknik pengurangan stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampak yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres ditempat kerja akibat persaingan,
sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukan
cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari
stres, justru akan menambah masalah lebih jauh.
Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor
tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan
penanggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang
mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait
dengan penyebab stres dalam hubungannya ditempat kerja. Stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau
bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen)
hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara
dekat. (margiati, 1999:76)
Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi,
manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan.
Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif,
karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi
pada tingkat stres yang tinggi atu ringan mungkin akan memberikan keuntungan
bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan
merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berfikir untuk
memberikan tugas yang menyertakan stres ringan bagi karyawan untuk memberikan
dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan
oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengola stres, ada
2 pendekatan yaitu: pendekatan individu
dan pendekatan organisasi
1.
Pendekatan individual
Seorang
karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang
bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengolahan waktu, latihan fisik,
latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengolahan waktu yang baik maka
seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan
kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh
agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain
itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan
santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan
mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan
saran-saran bagi dirinya.
2.
Pendekatan Organisasional
Beberapa
penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi
yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat
diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang yang mungkin digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan
penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan
partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui
strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta
adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik
dan mental.
Dalam mengatasi stres
terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk pengurangan stres yang
terjadi. Ada 4 pendekatan yang sering digunakan adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan retrukturisasi
kognitif yang semuanya membantu para karyawan mengatasi stres yang berkaitan
dengan pekerjaan.
1.
Relaksasi otot
Sebutan
persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah pernafasan yang lambat
dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan ketegangan otot. Diantara
berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif kontinjensi adalah yang paling sering
digunakan. Teknik ini terdiri atas menenangkan dan mengendurkan otot secara
berulang-ulang yang diawali dari kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi
dicapai dengan berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan yang berkaitan
dengan otot yang dirileksasikan.
2.
Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul
dalam tubuh atau otak di deteksi, diperkuat dan ditunjukan kepada orang
tersebut. Peran potensial dari biofeedback
sebagai teknik manajemen stres individu dapat dilihat dari fungsi tubuh hingga
tekanan tertentu yang dikendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi biofeedback adalah kemampuannya untuk
membantu relaksasi dan mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan non-stres.
Salah satu
keunggulan teknik biofeedback
dibandingkan dengan non biofeedback adalah bahwa teknik ini memberikan data
yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback
telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan keasaman lambung,
mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum mengurangi manifestasi
fisiologis negatif dari stres.
3.
Meditasi
Meditasi
mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang pemikiran
seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan
fisiologis dan psikologis dari respon stres berperang atau lari.
Herbert Benson
menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi 4
langkah.
Keempat langkah tersebut adalah :
Ø Menemukan suatu
lingkaran
Ø Menggunakan
suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan kesan yang
menyenangkan untuk mengubah fikiran dari fikiran yang berorientasi secara
eksternal.
Ø Mengabaikan
pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu sikap yang pasif.
Ø Mengasumsikan suatu
posisi yang nyaman.
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan
meditasi transcendental sebagai
mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam dan mencapai sumber
dari pemikiran. Tidak semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang
positif, akan tetapi sejumlah besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang
efektif dalam mengelola stres.
4.
Restrukturisasi kognitif
Alasan yang
mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen stres dikenal sebagai
retrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap stressor menggunakan
sarana proses kognitif, atau pemikiran. Asumsi dasar dari teknik ini adalah
bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan asumsi merupakan
label yang mereka terapkan pada situasi. Teknik kognitif dari manajemen stres
berfokus paa mengubah label atau kognisi sehingga orang tersebut menilai
situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan yang serupa yaitu
untuk membantu orang memperoleh lebih banyak kendali atas reaksi meraka
terhadap stresor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.
Selain teknik
pengurangan stres diatas ada beberapa kiat lagi yang dapat digunakan. Agar stres
tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang dikemukakan oleh Alex :
1.
Sediakan waktu rileks
Menurut penelitian, stres yang
berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak pagi, sebelum anda berangkat kerja daripada
memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak ada solusinya) , lebih baik digunakan
waktu anda yang terbatas tersebut untuk melakukan relaksasi seperti meditasi
dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik relaksasi yang paling mudah untuk
dilakukan. Caranya dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan sampai tak
ada lagi udara yang tersisa di paru-paru. Lakukan minimal 3x sampai beban anda
merasa berkurang.
2.
Bersikap lebih asertif
Kebanyakan masalah pekerjaan
berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk membuat perubahan atau keputusan.
Karenanya, bicarakan dengan atasan tentang tugas anda dan tanggung jawab
tambahan yang ingin anda pegang. Dengan demikian, anda bisa menentukan
pekerjaan yang bisa anda lakukan dengan cara seperti yang diinginkan perusahaan.
3.
Bekerja lebih efisien
Selalu kekurangan waktu untuk
menyelesaikan tugas disebabkan tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut
waktu dan cara mengerjakannya. Alex memberikan contoh seorang wartawan yang
produktif di waktu malam akan merasa tertekan jika memaksakan diri menulis di
waktu siang hari. Untuk mengatasinya, sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari
membuat outline dan mencari bahan, malam hari menyelesaikan tulisan. Untuk
bekerja secara efisien, anda juga harus trampilmenentukan prioritas. Adanya urutan
prioritas dapat membantu anda mengatur strategi.
4.
Tingkatkan energi dengan tidur
“Ketika lelah, anda lebih mudah
merasa stres karena hal-hal yang
sepele,” demikian tulis Camile Anthony dalam “the art of napping at
work” (1999). Kesalahan juga akan membuat perhatian anda menurun sehingga mudah
melakukan kesalahan. Dalam
keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah waktu
kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa memanfaatkan
mushola kantor ( diluar waktu sholat) atau mobil anda untuk tidur, Jangan lupa
pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja
kerja anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting tingkatkan energi segera jika sudah merasa
terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau kurang, Menurut Anthony akan
meningkatkan mood dan rasa humor sehingga memperbaiki hubungan anda dengan
rekan kerja. Anthony menganjurkan agar membatasi tidur selama 30 menit saja
agar tidak sampai tertidur nyenyak, yang akan membuat anda lebih lelah ketika
bangun.
5.
Atur lingkungan kerja
Dalam feng shui, seni tata ruang
dari tiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukan pikiran yang teratur. Jaga
lingkungan kerja, terutama meja dari tumpukan kertas atau file. Simpan
kertas-kertas anda dalam map dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga
bisa mencegah stres dengan mengubah letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa
yang akan masuk ke ruangan anda. Jika memungkinkan pindahkan meja sehingga anda
dapat bekerja dengan cahaya alami dari luar.
6.
Kembangkan pola hidup sehat
Pola hidup sehat merupakan kunci
untuk bebas stres. Pilihlah makanan dan minuman yang bisa menurunkan stres
yaitu makanan yang banyak mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan
dan padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur.
Olahraga yang cukup tidak saja menyehatkan badan, tetapi juga memperbesar
kapasitas badan dan memperbesar kapasitas paru-paru sehingga mampu menampung
oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen tinggal di dalam darah yang
kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh anda, sehingga akan berpikir lebih
jernih.
7.
Tingkatkan keterampilan
Tidak ada kata terlambat untuk
mempelajari keterampilan baru. Jika anda merasa kurang mampu berkomunikasi,
anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku atau latihan kepemimpinan yang
sering diadakan di kota-kota. Jika anda mempunyai minat terhadap komputer,
kembangkan minat anda. Peningkatan ketrampilan akan membuat anda menjadi
karyawan yang lebih berharga
8.
Lupakan pekerjaan saat libur
Berlibur atau santai bukan berarti
membuang waktu. Selain memberikan energi tambahan yang akan membuat anda lebih
kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan anda dengan keluarga.
9.
Pekerjaan bukan segalanya
Diluar pekerjaan, masih banyak kegiatan lain yang dapat menimbulkan perasaan
berguna bagi anda. Dengan mengikuti kegiatan di luar pekerjaan, stres anda di
tempat pekerjaan akan berkurang. Anda dapat meyakinkan diri bahwa walaupun anda
tidak bisa memperbaiki keadaaan di tempat kerja, anda bisa mengendalikan
hal-hal penting lainnya dalam kehidupan anda. Perasaan mampu mengendalikan
kehidupan anda sendiri adalah harta tak ternilai.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stress kerja
merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut
dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi
dalam kerja dimana stress tersebut dapat bersumber dari empat hal yaitu tingkat
individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat
hal tersebut dapat menghasilkan stress yang berbeda pada setiap individu
tergantung bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya
respon barulah dapat ditentukan bagaimana stress yang dialami seseorang
tersebut.
Stres yang
terjadi dapat berupa stres positif maupun negatif dimana stress itu akan
memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress. Stres yang
dialami pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak
metode sehingga diperlukannya suatu manajemen stress dalam pekerjaan suatu
perusahaan. Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat mengurangi
stress yang mereka alami.
Pada
dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta
adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat
dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.
B. SARAN
Stress dalam bekerja sebaiknya
dikurangi dengan berbagi teknik pengurangan stress yang dapat digunakan serta
menajemen stress tersebut dengan baik. Karena hal tersebut mampu mencegah
stress dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain baik
bagi karyawan/pekerja juga baik bagi perusahaan (lembaga).
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmukitaaddres.blogspot.co.id/2015/06/makalah-stres-kerja.html
http://putrakolut.blogspot.co.id/2013/02/makalah-stres-kerja.html